Minggu, 28 November 2010

PROSES KEPERAWATAN JIWA


Nursing Process in Psychiatric Nursing
Mrs. Jyoti Beck, RN, RM,DPN RINPAS, Ranchi, India
This page was last updated on 28/7/2010
  • The nursing process is an interactive, problem-solving process. It is systematic and individualized way to achieve outcome of nursing care.
  • The nursing process respects the individual’s autonomy and freedom to make decisions and be involved in nursing care.
  • The nursing process is accepted by the nursing profession as a standard
    for providing ongoing nursing care that is adapted to individual client needs.
  • The nurse and the patient emerge as partner in a relationship built on trust and directed toward maximising the patient’s strengths, maintaining integrity, and promoting adaptive response to stress.
  • In dealing with psychiatric patients, the nursing process can present unique challenges.
  • Emotional problems may be vague, not visible like many physiological disruptions.
  • Emotional problems can also show different symptoms and arise from a number of causes. Similarly, past events may lead to very different form of present behaviours. Many psychiatric patients are unable to describe their problems.
  • They may be highly withdrawn, highly anxious, ,or out of touch with reality.
  • Their ability to participate in the problem solving process may also be limited if they see themselves as powerless.
Nursing process aims at individualized care to the patient and the care is adapted to patient’s unique needs. Nursing process the following

Sabtu, 20 November 2010

MEMPRIHATINKAN, PERAWAT SALAH SATU TENAGA KESEHATAN YANG BELUM MEMILIKI STANDAR PROFESI


Sungguh-sungguh memprihatinkan, perawat sebagai profesi yang telah diakui sejak tahun 1970-an, dan merupakan salah satu profesi yang memiliki anggota mencapai jutaan orang di Indonesia ternyata belum memiliki Standar Profesi bahkan telah tertinggal oleh tenaga kesehatan lain yang tergolong muda dan sangat sedikit jumlahnya di Indonesia seperti okupasi terapi, terapi wicara, Perekam Medis dan Informasi Kesehatan , dan Refraksionis Optician, dan lain-lain.
Perawat menurut PP no 30 tahun 1996 diakui sebagai salah satu tenaga kesehatan, dan menurut Undang-undang Republik Indonesia tahun 2009 tentang Kesehatan pada Pasal 24 menyebutkan bahwa tenaga kesehatan harus memenuhi ketentuan kode etik, standar profesi, hak pengguna pelayanan kesehatan, standar pelayanan, dan standar prosedur operasional.

Selasa, 16 November 2010

FORMASI CPNS PERAWAT TAHUN 2011 MASIH SANGAT BANYAK


Formasi Perawat masih mendominasi CPNS 2010 ini jika dibandingkan dengan jenis tenaga kesehatan lainnya. Bahkan pada tahun ini beberapa daerah juga telah membuka formasi untuk S1 keperawatan + profesi Ners dan perawat dengan keahlian tertentu seperti perawat bedah dan anesthesi. Namun mungkin anda sudah tidak akan menjumpai for masi untuk SPK, karena hamper semua formasi adalah berlatar belakang pendidikan Diploma, Sarjana dan Paska Sarjana.
Berikut adalah beberapa formasi tenaga kesehatan di Pemprov Jawa Tengan dan Kabupaten/Kota se eks-karisidenan Surakarta.

Senin, 15 November 2010

INFORMASI CPNS JATENG 2010

Anda mungkin mengalami kesulitan untuk membuka atau mencari informasi, formasi, dan pendaftaran CPNS 2010 di provinsi Jawa Tengah dan kabupaten/kota se jawa tengah seperti Surakarta, Klaten, Sragen, Karanganyar, dan sebagainya, saya akan mekmbantu anda secara gratis dan mudah, buka aja link berikut anda akan masuk ke pendaftaran CPNS Jateng.

http://cpns.jatengprov.go.id/pages

atau melalui : http://www.jatengprov.go.id/

silahkan anda coba.. atau pada link yang ada pada Blog ini (kiri bawah).

Setelah anda berhasil membuka halaman tersebut, silahkan anda pilih sesuai kriteria yang anda cari..
Wassalam.. smg bermanfaat.

Sabtu, 13 November 2010

Panduan Ibadah Qurban

Panduan Ibadah Qurban
Hewan yang disukai dan lebih utama untuk diqurbankan
Hendaknya hewan yang diqurbankan adalah hewan yang gemuk dan sempurna. Dalilnya adalah firman Allah ta’ala yang artinya, “…barangsiapa yang mengagungkan syi’ar-syi’ar Allah maka sesungguhnya itu adalah berasal dari ketakwaan hati.” (Qs. Al Hajj: 32) Berdasarkan ayat ini Imam Syafi’i rahimahullah menyatakan bahwa orang yang berqurban disunnahkan untuk memilih hewan qurban yang besar dan gemuk. Abu Umamah bin Sahl mengatakan, “Dahulu kami di Madinah biasa memilih hewan yang gemuk dalam berqurban. Dan memang kebiasaan kaum muslimin ketika itu adalah berqurban dengan hewan yang gemuk-gemuk.” (HR. Bukhari secara mu’allaq namun disampaikan dengan kalimat tegas dan disambungkan sanadnya oleh Abu Nu’aim dalam Al Mustakhraj, sanadnya hasan)

Sabtu, 27 Juni 2009

ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU PADA PUSKESMAS DI WILAYAH KABUPATEN BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT

ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU PADA PUSKESMAS DI WILAYAH KABUPATEN BENGKAYANG KALIMANTAN BARAT

THE IMPLEMENTATION ANALYSIS OF DOTS STRATEGY
AS THE TUBERCULOSIS ERADICATION AT THE COMMUNITY HEALTH CENTRE OF BENGKAYANG REGENCY
WEST BORNEO, INDONESIA


I’in Syami’ons¹, Tri Prabowo², Haryani²


ABSTRACT

Background: in Indonesia, tuberculosis still become the major problem of public health and it is the main cause of death in infection disease. The DOTS strategy as the tuberculosis eradication program with antituberculosis drug combination short-course and observed to each the patiens. By the data obtained from Health Departement of Bengkayang Regency for october until december 2005, there were 90 patient pulmonary tuberculosis. The patient with of death were 2 patient and 7 patient drop-out. Cure rate in 2005 years only 51,5%, but the minimum recovery target was 85%. The purposes of the research is to figure out the description of the implementation DOTS strategy as the tuberculosis eradication at the community health centre of Bengkayang Regency, West Borneo, Indonesia.

Methods: This research was objective quantitative-qualitative combination use the descriptive method with the cross sectional approach. Subyects of research were 33 manager staff of P2TB Program at 11 community health center of Bengkayang regency. The data gathering technique use the questionnaire, observation and deep interview.

Results: The description DOTS strategy implementation in tuberculosis eradication program mean was 91,16%, with following each percentage of component strategy: Political component from decisions maker was 93,94%; Cure implementation with short term OAT combination with direct observation by PMO was 90,91%; Continuing implementation of short term OAT supply for patiens was 89,09%; and for strict recording and reporting was 90,00%.

Conclusion: The description DOTS Strategy implementation in tuberculosis eradication at community health center of Bengkayang Regency general had done with goodness according to National TB Eradication Procedure.

Key Word: The Eradication TB Program, DOTS Strategy.
------------------------------------------------------------------------------------------------------------
¹ Nursing Academy of Serukam, West Borneo.
² Nursing Program, Medical School of GMU Yogyakarta




ANALISIS PELAKSANAAN STRATEGI DOTS DALAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU PADA PUSKESMAS DI WILAYAH KABUPATEN BENGKAYANG, KALIMANTAN BARAT

I’in Syami’ons¹, Tri Prabowo², Haryani²

INTISARI

Latar Belakang: Di Indonesia, penyakit TB merupakan penyebab kematian nomor satu dari golongan penyakit infeksi. Strategi DOTS merupakan kegiatan penanggulangan TB dengan paduan OAT jangka pendek disertai pengawasan terhadap kepatuhan minum obat. Data Dinkes. Kabupaten Bengkayang pada triwulan IV tahun 2005, terdapat 90 penderita TB, dari jumlah tersebut 2 orang meninggal dunia serta 7 orang mengalami DO. Angka Kesembuhan (Cure Rate) tahun 2005 hanya 51,5%, sedangkan target minimal yang harus dicapai adalah 85%. Tujuan penelitian: memperoleh gambaran pelaksanaan strategi DOTS dalam Program P2TB di puskesmas wilayah Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat.

Metode: Penelitian kuantitatif dikombinasikan dengan kualitatif menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross sectional yang bersifat evaluatif. Subyek penelitian adalah 33 pengelola program P2TB di 11 puskesmas wilayah Kabupaten Bengkayang. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuesioner, observasi sistematis dan wawancara mendalam.

Hasil: Gambaran pelaksanaan strategi DOTS dalam Program P2TB rata-rata mencapai 91,16%, dengan prosentase masing-masing sub variabel sebagai berikut: Komitment politis dari para pengambil keputusan mencapai 93,94%; Pelaksanaan diagnosis TB dengan pemeriksaan dahak secara mikroskopis mencapai 93,18%; Pelaksanaan pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan pengawasan langsung oleh PMO mencapai 90,91%; Pelaksanaan kesinambungan persediaan OAT jangka pendek bagi penderita mencapai 89,09%; dan untuk pelaksanaan pencatatan dan pelaporan secara baku mencapai 90,00%.

Kesimpulan: Gambaran pelaksanaan Strategi DOTS dalam Penanggulangan TB paru di puskesmas wilayah Kabupaten Bengkayang secara umum dilaksanakan dengan baik sesuai dengan Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

Kata Kunci: Program Penanggulangan TB, Strategi DOTS.

¹ Akper Bethesda Serukam, Kalimantan Barat,
² Program studi Ilmu Keperawatan, FK UGM Yogyakarta.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA ANAK YANG BERKUNJUNG DI POLI IMUNISASI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI DINI PADA ANAK YANG BERKUNJUNG DI POLI IMUNISASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK `AISYIYAH SAMARINDA

FACTORS’ INFLUENCING SUPPLIED EARLY REPLACEMENT FOOD -BREAST FEEDING TO INFANTS IN POLY IMMUNISATION AT MOTHER AND CHILD HOSPITAL SAMARINDA

Wahyu Widiyati1, Sri Hartini2, Widyawati2

ABSTRACT

Introduction: Replacement Food Breast Feeding (RF-BF) are all foods that are given to infants except breast feeding or formulated milk as a supplement. The benefits, eminent and breast feeding supports from government about the RF-BF, very regrettably the breastfeeding exclusively in Indonesia has experiencing degradatione. Factors’ that influence are so complex, like career, mother`s education, socialculture and intensively advertisement of formulated milk.

Objective : To get an overview of factors affecting mother given RF-BF to infants in poly imunisation and to gwt an overview of the dominant factor that affecting the supply of RF-BF.
Methods : The study used a descriptive analityc with cross sectional design with a quantitative method. Samples used purposive sampling with as many as 88 people. Data were collected with questionnaire which consist of demography data and close ended structure questions. This research begin at September to October 2006 in poly imunisation of Mother and child Hospital Aisyiyah Samarinda.
Result: The result of the study showed that 88 mothers as respondent, factor career (67%), factor psychological disorder (65.9%), next, factor formulated milk promotion (70.5%) and factor knowledge, many of the respondent (52.3%) within adequate. Factors of RF-BF showed majority of the respondent given early RF-BF to infants (77.3%).

Conclusion: Based on the results of the study, a factor which is the dominant influencing the supply of RF-BF to the infants in poly imunisation of Mother and child Hospital Aisyiyah Samarinda is formulated milk promotion.


Key words: RF-BF, Infants, Poly immunisation

1 The student of Nursing education Program, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University
2 Nursing education program, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University



FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MP-ASI PADA ANAK YANG BERKUNJUNG DI POLI IMUNISASI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK `AISYIYAH SAMARINDA


Wahyu Widiyati1, Sri Hartini2, Widyawati2

INTISARI


Pendahuluan: Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI) adalah semua makanan yang diberikan pada bayi selain ASI atau susu botol sebagai penambah kekurangan dari ASI atau susu Pengganti ASI (PASI). Melihat manfaat dan keunggulan ASI serta didukung oleh kebijakan pemerintah tentang Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) maka sangat disayangkan pemberian ASI eksklusif di Indonesia menurun. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perubahan perilaku menyusui sangat kompleks seperti pendidikan ibu, ketidakhadiran ibu di rumah karena bekerja, sosial budaya dan iklan susu formula yang gencar.
Tujuan: Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi pemberian MP-ASI Dini pada anak yang berkunjung di poli Imunisasi dan mengetahui faktor paling dominan yang mempengaruhi pemberian MP-ASI Dini.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan rancangan cross sectional menggunakan metode kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive sampling dengan jumlah 88 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan lembar kuesioner yang terdiri dari data demografi dan pertanyaan disusun secara terstruktur dalam bentuk pertanyaan tertutup. Penelitian ini dilaksanakan sejak bulan september sampai dengan oktober 2006 di poli imunisasi rumah Sakit Ibu dan Anak Aisyiyah Samarinda.
Hasil penelitian: Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dari 88 responden, faktor bekerja dengan pengaruh (67,0%), gangguan psikologis dengan prosentase 58 (65,9%), faktor promosi susu formula dengan pengaruh (70,5%), faktor tingkat pengetahuan, (52,3%) tingkat pendidikannya dalam katagori baik. Dilihat dari MP-ASI, mayoritas responden menyatakan memberikan MP-ASI dini kepada anaknya dengan prosentase 77,3%.

Kesimpulan: Dalam penelitian dapat disimpulkan bahwa faktor yang paling mempengaruhi pemberian MP-ASI dini pada anak-anak yang berkunjung di Poli Imunisasi Rumah Sakit Ibu dan Anak ‘Aisyiyah Samarinda adalah promosi susu formula.


Kata kunci : Makanan Pendamping-ASI, Anak, Poli Imunisasi

HUBUNGAN SUMBER BIAYA DAN PEMILIHAN KELAS PERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP

RELATED BETWEEN SOURCE OF BUDGET AND ELECTION OF CLASS TREATMENT WITH QUALITY OF NURSING SERVICE AT AM. PARIKESIT HOSPITAL TENGGARONG EAST KALIMANTAN

Ferdy Hamdani1, Widyawati2, Heru Subekti2


ABSTRACT

Background: The measurement quality of nursing service with three dimensional aech of patient dimension, profession dimension and process dimension. This research, quality of nursing service will measure and will be related with source of budget and election of treatment class. Measurement of quality nursing service will measure of patient dimension with indicator tangibles, reliability, responsivness, assurance and emphaty
Objective: To get a related between source of budget and election of treatment class with quality of nursing service at AM. Parikesit Hospital Tenggarong East Kalimantan.

Method: The study use d a descriptive design with cross sectional approach with quantitative research type. Sampel use purposive sampling with as many as 61 people. Data were collected with closed structure questionare and grouped in demography data, source of budget, election of treatment class and measurement of quality of nursing service with five indicator measure tangibles, reliability, responsivness, assurance and emphaty.

Result: The result of study showed quality of nursing service AM. Parikesit Hospital Tenggarong East Kalimantan is very good (0,0%), good enough (32,8%), inadequatte ( 62,8%) and bad (3,8%). indicator of Tangibles with score very good (0,0%), good enough ( 18,0 is%), inadequatte( 77,0%) and bad (4,9%). Indicator of Reliability with score very good (0,0%), good enough (44,0%), inadequattee (54,1%) and bad ( 1,6%). indicator of Responsiveness with score very good ( 0,0 is%), good enough ( 72,1 is%), unfavourable ( 27,9%) and is bad ( 0,0%). indicator of Assurance with score very good ( 0,0 is%), good enough ( 42,6 is%), unfavourable ( 54,1%) and is bad ( 3,3%). indicator of Emphaty with score very good ( 0,0 is%), good enough ( 34,4 is%), unfavourable ( 45,9%) and is bad ( 19,7%). There is a difference which significan of[ quality nursing service evaluated from source of the budget in AM. Parikesit Hospital Tenggarong East Kalimantan with analysis of varians 1 band equal to 4,012 with signifikansi less than 5%. There is a difference significant of quality nursing service from election of treatment class in .AM. Parikesit Hospital Tenggarong East Kalimantan at with analysis of varians 1 band equal to 9,541 with signifikansi less than 5%.

Conclusion: Based on the result of the study, majority respondent expressing the quality of nursing service at AM. Parikesit Hospital Tenggarong East Kalimantan in inadequatte category with frequency 62,3% and found a difference significant quality of nursing service given treatment if evaluated from source of budget and election of treatment class.

Keyword: source of budget, election of treatment class, quality of nursing service



HUBUNGAN SUMBER BIAYA DAN PEMILIHAN KELAS PERAWATAN DENGAN KUALITAS PELAYANAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM AM. PARIKESIT
TENGGARONG KALIMANTAN TIMUR


Ferdy Hamdani1, Widyawati2, Heru Subekti2


INTISARI

Latar belakang: Pengukuran kualitas pelayanan keperawatan dapat di ukur dengan tiga dimensi yakni dimensi pasien, dimensi profesi dan dimensi proses. Pada penelitian ini, kualitas pelayanan keperawatan di ukur dan dihubungkan dengan sumber biaya dan pemilihan kelas perawatan. Pengukuran kualitas di ukur dari dimensi pasien dengan indikator yang di ukur meliputi tangibles, reliability, responsivness, assurance dan emphaty

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui hubungan sumber biaya dan pemilihan kelas perawatan dengan kualitas pelayanan keperawatan di ruang rawat inap Rumah Sakit Umum Daerah AM. Parikesit Tenggarong Kalimantan Timur.
Metode: Jenis penelitian Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriftif analitik, pendekatan cross sectional dengan jenis penelitian kuantitatif. Untuk pengambilan sampel data kuantitatif dengan purposive sampling, dengan responden sebanyak 61 responden. Instrumen untuk pengambilan data digunakan kuesioner terstruktur dengan bentuk pertanyaan tertutup yang dikelompokkan dalam data demografi, sumber biaya, pemilihan kelas perawatan dan hasil pengukuran kualitas pelayanan keperawatan dengan lima indikator yang di ukur meliputi tangibles, reliability, responsivness, assurance dan emphaty.

Hasil: Penilaian responden terhadap kualitas pelayanan keperawatan di Rumah Sakit Umum AM. Parikesit Tenggarong Kalimantan Timur secara umum adalah sangat baik (0,0%) dan kurang baik (62,8%). Indikator tangibles dengan skor kurang baik (77,0%). Indikator reliability dengan skor cukup baik (44,0%) dan kurang baik (54,1%). Indikator responsiveness dengan skor cukup baik (72,1%) dan tidak baik (0,0%). Indikator assurance dengan skor cukup baik (42,6%) dan kurang baik (54,1%). Indikator emphaty dengan skor cukup baik (34,4%), kurang baik (45,9%) dan tidak baik (19,7%). Ada hubungan yang signifikan antara sumber biaya dan pemilihan kelas perawatan dengan kualitas pelayanan keperawatan.
Kesimpulan: Mayoritas responden menyatakan kualitas perawatan di RSUD AM. Parikesit Tenggarong Kalimantan Timur berada pada kategori kurang baik dengan frekuensi sebesar 62,3% dan ada hubungan yang signifikan tingkat kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan jika ditinjau dari sumber biaya dan pemillihan kelas perawatan.

Kata kunci: sumber biaya, pemilihan kelas perawatan, kualitas pelayanan keperawatan.


1 Staf Politeknik Kesehatan Samarinda Jurusan Keperawatan
2 Staf Pengajar Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran UGM Yogyakarta

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT STRES KERJA PERAWAT

THE CORRELATION OF EMOTIONAL INTELLIGENCE TO THE
WORK STRESS LEVEL OF NURSE AT EMERGENCY WARD,
Dr. SOERADJI TIRTONEGORO HOSPITAL, KLATEN

Anastasia S K¹, Mariyono SW², Syahirul A²

ABSTRACT

Background: A nurse who work at emergency ward is very susceptible with distress. Work stress which is faced by the nurse will very influence the quality of nursing care to the patient. The nurse needs emotional intelligence for arranging mind ambience, managing stress, holding out in the frustration, and controlling mind desire (happiness, sadness, and anger).
Objectives: The study was aimed to identify the correlation of emotional intelligence and work stress level of nurse at emergency ward, Dr. Soeradji Tirtonegoro Hospital, Klaten.

Methods: The study was of descriptive analytic correlation by means of quantitative framework employing a cross sectional method. Data of respondents’ emotional intelligence level and work stress level was gathered through questionnaires. The number of research subjects involved in this study was all 25 nurse practitioners of emergency ward who met the criteria of: not on leave nor assigned for higher education, available becoming respondent, and not as a leader room. This study was done within July 29 2006 - August 9 2006.
Results: The average level of nurses’ emotional intelligence was an medium category 20 (80%) respondents, and the average level of nurses’ work stress was an medium category 19 (76%) respondents. Hypothesis test was using Product Moment correlation from Pearson at a significance level of 95% or α=0,05. The calculation resulted r=-0,465 and p=0,019.

Conclusion: There was a significant and negative correlation of emotional intelligence level to the work stress level.

Key words: work stress, emotional intelligence, emergency ward


HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN TINGKAT
STRES KERJA PERAWAT DI INSTALASI RAWAT DARURAT
RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN


Anastasia S K¹, Mariyono SW², Syahirul A²

INTISARI

Latar Belakang: Perawat yang bekerja di Instalasi Rawat Darurat sangat rentan terhadap distress. Stres kerja yang dihadapi oleh perawat akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien. Seorang perawat membutuhkan kecerdasan emosional untuk mengatur suasana hati dan mengendalikan stres, bertahan menghadapi frustasi, mengendalikan dorongan hati (kegembiraan, kesedihan, dan kemarahan).

Tujuan penelitian: Mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan tingkat stres kerja perawat di Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik korelasi dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode cross sectional. Data tingkat kecerdasan emosional dan tingkat stres kerja responden dikumpulkan dengan kuesioner. Subyek penelitian berjumlah 25 orang perawat Instalasi Rawat Darurat dengan kriteria: tidak sedang dalam masa cuti atau mendapat tugas belajar, bersedia menjadi responden, dan bukan kepala ruang. Penelitian dilakukan mulai tanggal 29 Juli 2006 sampai 9 Agustus 2006.
Hasil Penelitian: Rata-rata tingkat kecerdasan emosional perawat dalam kategori sedang 20 (80%) responden, dan rata-rata tingkat stres kerja dalam kategori sedang 19 (76%) responden. Uji hipotesis menggunakan korelasi Product Moment dari Pearson dengan tingkat kepercayaan 95% atau α = 0,05. Hasil perhitungan didapatkan r = -0,465 dan p = 0,019.

Kesimpulan: Ada hubungan yang negatif dan bermakna antara tingkat kecerdasan emosional dengan tingkat stres kerja perawat di Instalasi Rawat Darurat RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten.

Kata kunci: Stres kerja, kecerdasan emosional, Instalasi Rawat Darurat.

POLA ASUH ORANG TUA

RIWAYAT POLA ASUH ORANG TUA PADA KLIEN GANGGUAN JIWA YANG MUNCUL PADA USIA REMAJA DI RSJD Dr. RM. SOEDJARWADI KLATEN

OVERVIEW OF PARENTS' REARING PATTERN TO MENTALLY DISORDERED TEENAGE CLIENTS
AT Dr. RM SOEDJARWADI MENTAL HOSPITAL, KLATEN

Suwanto1, Mariyono Sedoyo Winarso2, Sumarni3

ABSTRACT

Background: Teenage period is a period which is prone to stress; meanwhile teenagers are successive generation of the nation who will be leaders of the future. Parents' rearing pattern contributes to the formation of someone's personality, strong or weak, and affect someone's mentality in facing stressor.

Objective: To get an overview of parents' rearing pattern to mentally disordered teenage clients at Dr. RM. Soedjarwadi Mental Hospital, Klaten.

Method: The study was descriptive explorative non experimental which used quantitative approach. Data about rearing pattern of the respondent were obtained from questionnaire of Child Rearing Pattern Scale according to Yuniarti (1988). There were 31 clients who had mental disorder during teenage period (11 – 24 years of age) and were hospitalized at Dr. RM. Sodjarwadi Mental Hospital, Klaten with criteria non organic mental disorder / mental retardation, in improved health condition, able to read and write. The study was carried out from 16th November until 15th December 2006.

Result: As much as 74.2% of respondents belonged to type VI rearing pattern (undistinguishable rearing pattern); 25.8% type III (democratic); 0% type I (authoritarian based on refusal); type II (authoritarian based on acceptance) or type V (permissive based on refusal).

Conclusion: In average the clients who had mental disorder during teenage period (11 – 24 years of age) had type VI rearing pattern (undistinguishable).

Keywords: rearing pattern, mental disorder, teenage clients

1. Dr. RM. Soedjarwadi Mental Hospital, Klaten
2. Nursing Education Program, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University
3. Department of Psychiatry, Faculty of Medicine, Gadjah Mada University




RIWAYAT POLA ASUH ORANG TUA PADA KLIEN
GANGGUAN JIWA YANG MUNCUL PADA USIA REMAJA
DI RSJD Dr.RM SOEDJARWADI KLATEN


Suwanto1 Mariyono SW.2 Sumarni P3

INTI SARI

Latar Belakang : Masa remaja merupakan masa yang rentan terhadap stres, padahal disisi lain remaja merupakan generasi penerus bangsa, calon pemegang estafet kepemimpinan bangsa di masa yang akan datang. Pola asuh orang tua turut membentuk dasar kepribadian seseorang, apakah akan menjadi seorang yang yang memiliki kepribadian yang kokoh atau rapuh sehingga mempengaruhi kerentanan seseorang terhadap stresor.

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui gambaran riwayat pola asuh orang tua pada klien gangguan jiwa yang muncul pada usia remaja (11-24 tahun) di RSJD Dr.RM Soejarwadi Klaten.

Metode Penelitian : Penelitian ini merupakan penelitian non eksperimental dalam bentuk deskriptif eksploratif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Data tentang riwayat pola asuh responden dikumpulkan dengan kuisioner Skala Pola Asuh Anak menurut Yuniarti (1988). Subyek penelitian berjumlah 31 orang yaitu klien gangguan jiwa yang muncul pertama kali pada usia remaja (11-24 tahun) yang sedang rawat inap di RSJD Dr. RM Soedjarwadi Klaten. Dengan kriteria : bukan gangguan mental organik / retardasi mental, dalam kondisi peningkatan kesehatan, bisa membaca dan menulis. Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 16 November sampai dengan 15 Desember 2006.

Hasil Penelitian : Sebanyak 74,2% responden diasuh dengan riwayat pola asuh tipe VI (pola asuh yang tidak terbedakan). Pola asuh tipe III (demokratis) sebesar 25,8%. Sedangkan pola asuh Tipe II (otoriter berdasarkan penolakan), tipe IV (permisif berdasarkan penerimaan) dan Pola asuh tipe V (permisif berdasarkan penolakan) sebesar 0%.

Kesimpulan : Rata-rata klien gangguan jiwa yang muncul pada usia remaja (11-24 tahun) diasuh dengan riwayat pola asuh tipe VI (pola asuh tidak terbedakan) pada masa kecil mereka.

Kata Kunci : Pola asuh orang tua, remaja, gangguan jiwa


1) RSJD Dr. RM Soedjarwadi Klaten
2) Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta
3) Bagian Psikiatri, Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada Yogyakarta