Kamis, 04 Juni 2009

PERAWAT PERLU SENSASIONAL OFFER AGAR DIDENGAR

Tentu kita masih ingat, pada peringatan Nurse Day (Hari Perawat sedunia) 12 Mei satu tahun yang lalu, kita melakukan demo serempak di seluruh wilayah Indonesia dari ujung Sumatera sampai ujung Papua tapi seolah itu semua hilang tak berbekas hanya meninggalkan kekecewaan dan kedongkolan saja. Agaknya teriakan dan cucuran keringat perawat-perawat se-Indonesia tersebut tak lebih dari sekedar gelitikan pelan di telinga pemerintah dan legislative, bahkan mungkin hanya dianggap sebagai kilen kuping (gelitikan telinga) yang nikmat seperti saat kita mengorek-ngorek telinga kita.

Upsstt…jangan marah dan tersinggung dulu, bukan berarti meremehkan tetapi perjuangan The Young Nigthingales tersebut berarti masih kurang cantik, masih kurang menarik, masih kurang bersensasi sehingga tidak ada sama sekali cowok macho yang sudi meliriknya. Padahal tentu kita tahu, beberapa waktu yang lalu ada puluhan cowok macho tebar pesona dan tebar kejantanan agar dipilih (44 partai politik) tapi sayang sekali tidak ada satupun yang mau melirik. Duh kasihan… Nigthingale yang malang!

Adakah yang salah??? Tidak perlu kita menyalahkan siapa-siapa, tapi marilah kita mencoba introspeksi diri kita sendiri saja. Mungkin barangkali kita memang benar-benar tidak cantik atau mungkin juga karena kita tidak mampu berdandan dengan cantik. Sebenarnya kita punya potensi, jumlah kita se-Indonesia sangat banyak bahkan mungkin cukup untuk lulus parliamentary threshould menuju senayan, belum lagi jika ditambah anggota keluarga kita. Tetapi kenapa suara kita tidak pernah didengar?

Tung Desem Waringin memberi nasihat, jika kita mau menawarkan sesuatu, agar orang mau menoleh kepada kita maka kita perlu membuat SENZATIONAL OFFER (sensasi yang luar biasa sehingga semua mata tertuju kepada kita). Mungkin kita perlu menyaingi TUNG DESEM dengan menyebar uang ratusan juta dari helikopter (hehe….duite sopo???) atau mungkin kita perlu memanggil LIMBAD (The Master) dan meminta Limbad memakai baju perawat kemudian tidur di atas kasur dari pecahan kaca kemudian dilindas 100 tank TNI produksi Pindad, tidak apa-apa, kemudian berlari dan menghadang iring-iringan tank tersebut dengan badannya sampai semua tank berhenti dan meminta Limbad untuk bicara satu kalimat saja “Hai Penguasa lihatlah perjuangan perawat menolong jutaan manusia berpenyakit tanpa pamrih, tapi suara mereka tak pernah didengarkan!!” Hehe apa nggak heboh dan masuk MURI Si Limbad mau bicara?? Itu hanya satu contoh yang ekstrim dan mungkin kurang cocok dengan jiwa perawat. Tapi setidaknya itu bisa memberi inspirasi bahwa agar didengar kita harus melakukan sensasi yang luar biasa sehingga setiap mata tertuju kepada kita, setiap media meliput kita dan setiap orang jadi ingin tahu tentang kita.

Saat ini ada moment yang bagus untuk membuat sensasi dan sangat mungkin untuk didengar yaitu PILPRES. Jika kita mau dan mampu menawarkan dengan baik tentu kita akan diperhitungkan oleh mereka. Kita siap mendukung dan satu suara untuk CAPRES/CAWAPRES yang mau kontrak politik dengan kita yang bersedia meng-golkan undang-undang Praktek Keperawatan menjadi undang-undang dan bersedia memperjuangkan nasib perawat termasuk dalam hal kesejahteraan. Kesejahteraan tersebut dapat berupa karir jabatan yang jelas, kemudahan kenaikan pangkat/golongan serta adanya tunjangan kesejahteraan baik dengan nama tunjangan resiko kerja perawat atau tunjangan profesi atau tunjangan sertifikasi atau tunjangan dengan label lainnya.

Tetapi tentu saja para CAPRES/CAWAPRES tidak butuh hanya sekedar angka melainkan bukti nyata satu suara. Sehingga menjadi tantangan bagi kita untuk membuktikan bahwa kita memang solid dan mampu memobilisasi masa serta memberikan satu suara. Untuk itu perlu gerakan sensasional besar-besaran secara nasional. Misalnya dengan membuat surat pernyataan dukungan (kalau perlu bermeterai) yang dibuat oleh perawat se-Indonesia. Atau mungkin dengan membuat atribut atau kegiatan tertentu yang dilakukan dalam jumlah besar-besaran sehingga masuk MURI dan menunjukkan kesolidan selanjutnya ditawarkan ke CAPRES/CAWAPRES sebagai kontrak politik.

Sebagai penutup, adalah sebuah pertanyaan mungkin enggak ya… perawat diperhatikan, diakui peran/jasanya seperti saudara kita pahlawan tanpa tanda jasa??? Semua kembali kepada kemauan kita untuk memperjuangkannya… Wallahua’lam bi showab, ini hanya sebuah ide!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar